THE ANALYSIS OF SCIENCE TEACHER QUESTIONING SKILLS IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN DELI SERDANG DISTRICT

Nurhaty Purnama Sari

Dosen Tetap Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNRIKA Batam


ABSTACT

 

A descriptive research that aims to describe: (1) the level of teacher questions based on gender and teaching experience; (2) students’ response to the level of teacher question; (3) teacher’s ability to apply basic and advance questioning skills based on gender and teaching experience has been implemented in Junior High School. About 20 science teachers who teach in 8th grade of Junior High School come from 9 schools have been involved this study. Data were collected through observation and questionnary. The results showed that Junior High School science teacher mostly used low-level cognitive questions (85,8%). A few of other used high-level cognitive questions (14,2%). There was no difference even gender and teaching experience. In level questions, teacher mostly asked about structure (42,80%) and organ (34,20%). A few of other asked about mechanism (18,40%) and desease (18,40%) in circulatory system chapter. Mostly students’ response to the level of teacher questions were simultaneous (93.88%), with scientific answer was very low category (39,80%). In basic skills components, teacher mostly used spread with very low category (10%). In advanced questioning skills components have changed the level of cognitive demand (35%), usage tracking questions with various techniques (15%), and improving the interaction (50%) were very low category. There were no differences basic and advanced asking skills even gender and teaching experience.

 

Keywords: Science teacher, questioning, skills

 

1. Pendahuluan


Mustikasari (2008:5) di SMA Negeri Kota Pontianak kelas X menemukan bahwa sebagian besar guru sudah menyusun persiapan pertanyaan yang ditulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tetapi jenis pertanyaan masih dalam tingkat rendah. Jenis pertanyaan yang disusun oleh guru mata pelajaran Biologi Kelas X di SMA Negeri Kota Pontianak masih digolongkan tingkat rendah didasarkan atas taksonomi Bloom dan teknik bertanya guru mata pelajaran Biologi Kelas X di SMA Negeri Kota Pontianak masih belum benar. Pertanyaan memiliki peranan penting untuk menjalin komunikasi guru dengan murid. Dengan bertanya guru mampu menganalisa seberapa jauh siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Cunningham (1971:88) menyatakan bahwa pertanyaan guru adalah variabel yang sangat berperan dapat mempengaruhi perolehan pembelajar. Berhasil tidaknya guru memfungsikan pertanyaan dalam proses belajar mengajar akan sangat tergantung pada kualitas keterampilan bertanya. Samwali (2008:20) menyatakan bahwa keterampilan bertanya diperlukan dalam rangka mengumpulkan, menggali, menginformasikan, dan menyimpulkan informasi bagi kepentingan tertentu yang biasanya sudah direncanakan. Penelitian Keterampilan Bertanya Guru IPA SMP Negeri Kabupaten Deliserdang ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pertanyaan dan guru IPA dalam tingkatan Taksonomi Bloom yang disampaikan secara lisan melalui proses pembelajaran mengenai pokok bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia yang dikaitkan dengan jenis kelamin dan pengalaman mengajar guru; (2) respon siswa terhadap tingkat pertanyaan di kelas VIII SMP Negeri Kabupaten Deliserdang Tahun Pelajaran 2010/2011; dan (3) mengetahui penggunaan komponen keterampilan bertanya  guru IPA pada pokok bahasan Sistem Peredaran Darah saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yang dikaitkan dengan jenis kelamin dan pengalaman mengajar guru di kelas VIII SMP Negeri Kabupaten Deliserdang Tahun Pelajaran 2010/2011.

 

2. Tinjauan Teoritis

Pertanyaan sudah ada sejak jaman Socrates (abad ke-5 sebelum Masehi). Rahman (2010:10-19) menyimpulkan bahwa pemberian pertanyaan dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Guru hendaknya dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan tajam yang mengarahkan siswa dapat memahami konsep. Hal ini dapat berdampak pada tingginya penguasaan konsep pada siswa. Guru harus banyak membuat pertanyaan yang progresif yang dapat dibuat melalui tingkatan-tingkatan taksonomi Bloom, agar guru juga dapat mengevaluasi seberapa efektif kegiatan belajar mengajar di kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pertanyaan, taksonomi Bloom dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan pertanyaan. Taksonomi Bloom yang terdiri dari pertanyaan kognisi tingkat rendah (mengingat dan memahami) dan tingkat tinggi (aplikasi, menganalisis, evaluasi, dan kreasi) merupakan salah satu cara  yang dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran (Forehand, 2005:03). Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.

Dalam memberikan pertanyaan kepada siswa juga diperlukan keterampilan yaitu keterampilan bertanya. Allen et al (1969:72) berpendapat bahwa sebelum dapat memanfaatkan pertanyaan untuk merangsang siswa belajar, seorang guru perlu memiliki kelancaran dalam bertanya (fluency in asking questions). Baru setelah itu dia dapat meningkatkan keterampilan bertanyanya untuk menggali dan melacak, mengajukan pertanyaan tingkat tinggi, dan pertanyaan divergen. Samwali (2008:20) menyatakan bahwa keterampilan bertanya diperlukan dalam rangka mengumpulkan, menggali, menginformasikan, dan menyimpulkan informasi bagi kepentingan tertentu yang biasanya sudah direncanakan.

Turney (1981) menyatakan ada 8 unsur yang perlu diperhatikan dan 4 unsur dalam cara guru bertanya. Delapan unsur tersebut yaitu: (1) pengungkapan secara jelas dan singkat, (2) pemberian acuan; (3) pemusatan; (4) pemberian waktu berpikir; (5) pemindahan giliran; (6) penyebaran; (7) kehangatan dan keantusiasan; dan (8) pemberian tuntunan. Sedangkan 4 unsur yang perlu dihindari adalah: (1) mengulang pertanyaan; (2) mengulang jawaban siswa; (3) menjawab pertanyaan sendiri; dan (4) mengundang jawaban serentak.

 

3. Metode Penelitian

                Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan kuisioner. Observasi pertama adalah observasi pembelajaran yang dilakukan untuk mencatat pertanyaan-pertanyaan guru secara lisan, keterampilan bertanya guru dan respon siswa terhadap pertanyaan guru dalam pokok bahasan Sistem Peredaran Darah. Observasi kedua adalah untuk mengetahui pengalaman mengajar guru.

 

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Tingkat Pertanyaan Guru

                Dari temuan didapat bahwa guru SMP Negeri Kabupaten Deliserdang banyak menggunakan pertanyaan kognisi tingkat rendah (C1 dan C2) sebesar 85,80% dan sedikit pertanyaan kognisi tingkat tinggi (14,20%). Dalam topik pertanyaan, guru banyak bertanya mengenai struktur (42,80%) dan sedikit mengenai organ (34,20%), mekanisme (18,40%), dan penyakit (4,60%) dalam pokok bahasan Sistem Peredaran Darah. Rendahnya tingkat pertanyaan guru disebabkan oleh beberapa hal yaitu dari guru itu sendiri. Guru kurang memahami pentingnya pertanyaan dan melatih untuk membuat pertanyaan yang baik sehingga guru bersifat aktif memberikan informasi dan siswa menjadi pasif. Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertanyaan yang diajukan para guru di sekolah tidak selalu efektif (Dahar R.W. dkk., 1992:120; Siswoyo, 1997:96), tetapi kualitas pertanyaan guru (McGlathery, 1978:63) juga pertanyaan calon guru (Herlina, 1993:56), dapat ditingkatkan melalui latihan


.

Tabel 4.1. Persentase Tingkat Pertanyaan Guru SMP Negeri Kabupaten

Deliserdang pada Tingkatan Taksonomi Bloom

 

Tingkat Pertanyaan

Persentase Topik Pertanyaan dalam Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia (%)

Total Persentase (%)

Struktur

Organ

Mekanisme

Penyakit

C1

34,20

21,80

11,40

3,80

71,20

C2

3

7,40

4,20

0

14,60

C3

0,60

0,60

0,60

0

1,80

C4

5

3,20

2

0,60

10,80

C5

0

1,20

0,20

0,20

1,60

C6

0

0

0

0

0

Jumlah

42,80

34,20

18,40

4,60

100

 

Related Post