Vera Methalina Afma
Dosen Tetap Prodi Teknik Industri Fak. Teknik Universitas Riau Kepulauan Batam
Perancangan wheelbarrow dilakukan mengingat kegunaannya yang sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas pembangunan sarana fisik. Selain itu, pada penggunaan wheelbarrow ditemui adanya keluhan pada para pengguna, diantaranya handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada bagian telapak tangan, saat unloading pengguna harus terlebih dahulu mengangkat wheelbarrow dengan kemiringan tertentu sehingga pengguna butuh energi yang cukup besar, pengguna harus membungkuk atau jongkok terlebih dahulu pada saat akan menggunakan wheelbarrow. Masalah lain yang ditemui pada wheelbarrow saat ini adalah masalah harga jual wheelbarrow yang cukup tinggi. Oleh karena itu dilakukanlah perancangan ulang untuk mendapatkan wheelbarrow yang lebih ergonomis dan ekonomis dan dapat dibuat prototipenya.
Proses perancangan ulang dilakukan dalam enam fase yaitu, fase pemunculan ide, fase kajian ergonomis, fase kajian teknis dan ekonomis, fase desain, fase proses produksi rancangan dan fase perbandingan.
Perubahan yang dilakukan pada wheelbarrow rancangan adalah perubahan sistem penyangga, penggunaan rem, penggunaan handle yang lebih panjang dengan bahan busa dan perubahan bentuk bak.
Kelebihan yang dimiliki oleh wheelbarrow rancangan dibandingkan dengan wheelbarrow saat ini adalah dapat mengurangi resiko cedera, dapat mempermudah penggunaan wheelbarrow, dapat mengurangi konsumsi energi dan dapat diproduksi oleh IKM (Industri Kecil Menengah). Dengan adanya wheelbarrow yang ergonomis, maka diharapkan operator dapat bekerja dengan ENASE, sehingga kesulitan dan keluhan yang dirasakan dapat diminimasi
Kata kunci: wheelbarrow, alat angkut manual, ergonomi, rancang ulang.
PENDAHULUAN
Pengembangan produk pada suatu industri muncul karena adanya berbagai persoalan dan keinginan yang timbul dari lingkungan penggunanya. Selain itu juga disebabkan industri harus menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya yang minimum.
Salah satu produk yang penting untuk dirancang ulang adalah wheelbarrow, yang lebih dikenal dengan nama gerobak sorong. Jika ditinjau dari segi struktur, maka dapat diketahui bahwa wheelbarrow saat ini, seperti terlihat pada gambar 1, masih belum memenuhi kaidah ergonomi. Ketidakergonomisan wheelbarrow dapat dilihat pada handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada bagian telapak tangan. Selain itu, ketidakergonomisan juga terlihat dari proses pembongkaran material (unloading). Untuk unloading material dari wheelbarrow, pengguna harus terlebih dahulu mengangkat wheelbarrow dengan kemiringan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan pengguna harus mengeluarkan energi yang cukup besar.
Gambar 1. Wheelbarrow Sekarang
Penggunaan wheelbarrow ini juga memperhatikan kapasitas angkut. Kapasitas angkut wheelbarrow ini tergantung pada volume bak dan kekuatan bahan wheelbarrow itu sendiri. Semakin besar volume bak wheelbarrow maka semakin banyak material yang bisa diangkut. Namun, meningkatnya jumlah beban yang diangkat mengakibatkan pengguna lebih mudah merasa nyeri dan hal ini tentunya akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja pengguna (Sumanth 1984). Jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kondisi kronis pada bagian-bagian tubuh pengguna, misalnya tulang punggung dan pangkal lengan (Nurmianto 1996).
Masalah lain yang ditemui pada wheelbarrow saat ini adalah masalah harga jual wheelbarrow yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dari wawancara dengan pedagang, diketahui bahwa harga rata-rata 1 unit wheelbarrow yang paling banyak terjual di pasaran yaitu Rp 175.000,00. Hal ini menunjukkan tingginya harga pokok produksi wheelbarrow, yang secara langsung dipengaruhi oleh metode produksi, material dan lain-lain.
Berdasarkan informasi kelemahan wheelbarrow yang didapatkan dari hasil wawancara singkat dengan pengguna dan juga adanya data-data pendukung maka perlu dilakukan rancang ulang wheelbarrow sebagai produk yang ergonomis dan ekonomis.