Agustina Cahyaningrum
(Dosen Tetap Prodi Akuntansi Fak. Ekonomi Universitas Riau kepulauan Batam)
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi empiris pada mahasiswa akuntansi Universitas Riau Kepulauan Batam). Kecerdasan emosional diukur dengan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, keterampilan sosial. Sedangkan tingkat pemahaman akuntansi diukur dengan nilai-nilai mata kuliah akuntasi. Yang diwakili oleh mata kuliah PA I, PA II, AKM I dan AKM II. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi fakultas ekonomi UNRIKA Batam angkatan 2009 dan 2010. Dari 117 kuesioner sebenyak 100 kuesioner yang bisa diolah. Data di olah menggunakan bantuan software SPSS 17.Dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert, yang di adopsi dari Bulo (2002).
Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan pengaruh kecerdasan emosional yang berpengaruh singnifikan adalah pengendalian diri (0.122), motivasi (0.051) dan empati (0.137), sedangkan yang tidak berpengaruh signifikan adalah pengenalan diri (-0.168) dan keterampilan sosial (-0.186). Dari lima hipotesis yang di kemukakan, hipotesis 2, 3 dan 4 diterima yang menyatakan bahwa pengendalian diri,motivasi dan empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sedangkan hipotesis 1 dan 5 ditolak yang ,menyatakan bahwa pengenalan diri dan keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Banyak faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini, misalnya faktor tekanan mental, lingkungan pergaulan, trauma kegagalan, masalah pribadi, kegiatan diluar kampus (bekerja), budaya, atau bisa saja disebabkan perilaku belajar mahasiswa.
Kata Kunci : Kecerdasan emosional (EQ),Tingkat pemahaman akuntansi (IPK),
pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, keterampilan
sosial.
1.1. Latar Belakang Masalah
Melandy dan Azizah (2006) menyatakan hasil survey yang dilakukan di Amerika Serikat tentang kecerdasan emosional menjelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak hanya keterampilan teknik saja melainkan dibutuhkan kemampuan dasar untuk belajar dalam pekerjaannya adalah kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keinginan untuk memberi kontribusi terhadap perusahaan seseorang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya.
Menurut Bulo (2002) seperti dalam Trisnawati dan Suryaningrum (2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dijalani seseorang semakin banyak aktivitas maka pengalaman seseorang dalam berorganisasi dan semakin tinggi pengalaman kerja maka tingkat kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi semakin tinggi, sedangkan kualitas lembaga akuntansi tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap tingkat kecerdasan emosional seorang mahasiswa.
Daniel Goleman (1999) juga mengemukakan tentang kecerdasan emosional, yaitu kemampuan seperti kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengandalkan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas dari stress, tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Sebenarnya teori Goleman tersebut dapat disimpulkan dalam perubahan-perubahan Bahasa Arab, “Man Shobaro Dzofaro”, artinya “Barang siapa yang bersabar, ia akan sukses” peribahasa ini bisa disimpulkan bahwa orang yang sukses dalam hidupnya adalah orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi atau orang yang sabar. Keadaan ini menunjukan bahwa ada hubungan antara sukses dan kecerdasan. Kecedasan bisa dibentuk dengan melatih kesabaran dan tekun dalam menempuh perjalanan sabar, seperti itulah seorang sufi yang menempuh perjalanan menuju Allah SWT. Ia tempuh berbagai bencana tetapi ia tetap sabar, itulah mengembangkan kecerdasan emosional (Jalaluddin Rahmat,2001).Demikianlah definisi kecerdasan emosional menurut beberapa pakar. Kecerdasan emosional (EQ) ini memang merupakan istilah baru. Namun isi dari EQ ini adalah istilah-istilah, seperti; kesadaran diri, kontrol diri, ketekunan, semangat, motivasi diri, empati, dan kecakapan sosial.
IQ merupakan interprestasi hasil tes intelegensi (kecerdasan) kedalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat intelegensi seseorang (Azwar,2004). Goleman berusaha mengubah pandangan tentang kecerdasan intelektual (IQ) yang menyatakan keberhasilan di tentukan oleh intelektualitas belaka, sehingga berusaha untuk menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan kognisi. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan ketrampilanketrampilan yang dimilikinya, termasuk ketrampilan intelektual.
Daniel Goleman (1996) menjelaskan mengapa banyak orang yang IQ-nya tinggi mengalami kegagalan, sementara banyak yang lainnya dengan IQ yang sedang sedang saja bisa berkembang pesat, banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam menghadapi permasalahan. Kecerdasan tidak disertai dengan pengelolaan emosi yang baik maka kecerdasan tidak akan menghasilkan kesuksesan hidup seseorang, utamanya dalam pencapaian kesuksesan seorang pegawai dalam bekerja. Kita terhenyak oleh sebuah kecerdasan emosi yang ternyata bisa demikian jauh mendahului sang kecerdasan otak, kecerdasan emosional membawa emosional kita menjadi cerdas, kunci utamanya adalah kejujuran pada suara hati.
1.2. Rumusan Masalah
- Apakah kecerdasam emosional mempunyai pengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa akuntansi di Unrika?
- Berapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemhaman akuntansi pada mahasiswa akuntansi di Unrika?
1.3. Batasan Masalah
penelitian ini penulis membatasi pada responden mahasiswa jurusan akuntansi semester IV dan VI tahun 2012, dan membatasi pada kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi di Unrika Batam
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecerdasan Emosional
Weisinger (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional (Emotional Quotien) adalah penggunaan emosi secara cerdas, dengan maksud membuat emosi tersebut bermanfaat dengan menggunakannya sebagai pemandu perilaku dan pemikiran kita sedemikian rupa sehingga hasil kita meninggkat. Kecerdasan emosional di gunakan untuk kepentingan membantu diri kita sendiri dan jugamembantu orang lain. Menurut Goleman (2003), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan orang lain. Kemampuan ini saling berbeda dan melengkapi dengan kemampuan akademik murni, yaitu kognitif murni yang diukur dengan IQ. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
Peter Salovey dan Jack Mayer dalam Stein dan Book (2002) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.