Universitas Riau Kepulauan Penelitian KEMACETAN BATAM DAN SOLUSINYA

KEMACETAN BATAM DAN SOLUSINYA

Nadia Khaira Ardi, ST,MT

Dosen Teknik Sipil, Universitas Riau Kepulauan (Unrika) Batam

Batam telah menjelma sebagai salah satu kawasan penting dalam perdagangan internasional. Apalagi kota ini terletak di Selat Malaka, yang merupakan jalur perdagangan internasional melalui transportasi laut.

Laju rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Batam, mencapai 7,26% per tahun. Pertumbuhan ekonomi ini, didukung oleh pertumbuhan investasi sebesar 12,42 milyar US$ yang terdiri atas investasi pemerintah sebanyak 2,45 milyar US$, investasi asing 4,47 milyar US$ dan investasi Domestik sebesar 5,50 milyas US$. Dengan pertumbuhan yang cukup pesat ini, maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada 2027 diperkirakan sebesar 2,9 juta dari total 4,2 juta penduduk kota Batam.

Tahun 2012 ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam mencatat jumlah penduduk sebesar 1.146.231 jiwa. Dalam tiga hingga empat tahun kedepan, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, diperkirakan Batam akan mengalami persoalan transportasi yang serius. Saat ini, dari hasil pantauan di lapangan, kemacetan sudah mulai terasa pada jam-jam sibuk terutama pukul 06.00-08.00 pagi, saat banyak perjalanan dilakukan ke tempat kerja dan sekolah dan pukul 16.00-18.00 WIB, saat perjalanan pulang kerja dan sekolah. Waktu puncak lain adalah pada pukul 12.00-14.00 WIB, yang merupakan perjalanan pekerja untuk makan siang dan kembali ke kantornya masing-masing. Lokasi kemacetan tersebar di beberapa titik, terutama jalan-jalan akses menuju kawasan industri, seperti simpang Fanindo-PJB Batuaji, kawasan pintu 1 Batamindo, simpang Kalista, Baloi Centre, Bengkong Harapan, Terowongan simpang Pelita, simpang Gelael Seipanas dan beberapa ruas jalan lainnya.

Lembaga Masyarakat Peduli Keselamatan Transportasi (MPKT) Batam, mencatat bahwa setiap tahunnya, pertumbuhan kendaraan berkisar antara 5-7 % sedangkan pertumbuhan prasarana jalan hanya sebesar 0,1%.

Pada tahun 2007, jumlah kendaraan bermotor yang beredar di Batam mencapai sekitar 204.000 unit. 80 ribu di antaranya sepeda motor sedangkan sisanya mobil pribadi, minibus, carry, truk, bus pariwisata dan trailer. Itu belum termasuk sekitar 5.000-an mobil ilegal alias bodong yang tidak membayar pajak sehingga tidak terdaftar di Samsat. Samsat Polda Kepri, menginformasikan bahwa setiap tahun sejak 2007 hingga November 2010, kendaraan roda dua maupun roda empat bertambah sekitar 12 ribu unit. Itu artinya setiap bulan sekitar 600 unit kendaraan baru terdaftar di Samsat atau sekitar 30-an unit per hari. Total kendaraan bermotor yang beredar terhitung 2007 sampai November 2010 dan terdaftar di Samsat mencapai sekitar 236.000 unit.

Hingga akhir tahun 2009, tercatat panjang jalan yang ada di Kota Batam sepanjang 1.087,78 Km, dengan kondisi 851,24 km dalam keadaaan baik, 156,51 km kondisi sedang, 55,59 km kondisi rusak dan dalam kondisi rusak berat 24,44 km (Batam dalam angka 2010).

Banyak langkah yang bisa diterapkan dalam mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di Kota Batam, pertama,  perbaikan dan pemberian prioritas terhadap angkutan umum.  Agar bisa menarik masyarakat berpindah ke angkutan amum, tentunya harus didukung dengan sistem yang lebih baik. Angkutan umum tersebut haruslah aman, nyaman, ontime, menghubungkan semua wilayah, benar-benar bebas hambatan. Tidak ngebut, berhenti di sembarang tempat yang bisa membuat lalu lintas semrawut dan membahayakan penumpang maupun pengguna jalan lain. Suatu angkutan umum, tidak hanya dinilai dari operasi pelayanan, frekuensi, kecepatan dan kenyamanannya saja. Tapi juga dari sarana penunjangnya. Seperti penentuan lokasi dan desain tempat pemberhentian dan terminal serta pemberian prioritas khusus seperti jalur khusus, prioritas, lampu lalu lintas dan lain sebagainya. Dengan begitu, masyarakat tidak ragu lagi meninggalkan kendaraan pribadi dan menggunakan angkutan umum ketika hendak bepergian.
Kedua, perbaikan fasilitas pejalan kaki. Untuk merangsang penumpang agar mau menggunakan angkutan umum, harus disiapkan fasilitas pejalan kaki yang baik, karena perjalanan dengan angkutan umum pasti diawali dan diakhiri dengan berjalan kaki.

Ketiga, penerapan Transport Demand Management (TDM). Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem transportasi perkotaan yang ada. Penerapan hal ini, tentunya menyesuaikan dan mempertimbangkan kondisi dan keterbatasan yang ada di Kota Batam. Beberapa hal yang mungkin secara perlahan diterapkan adalah,

A, penyebaran lalulintas jam puncak
Caranya adalah dengan melakukan pentahapan jam kerja. Beberapa perusahaan di suatu kawasan industri, diatur hingga mempunyai jam masuk dan jam pulang yang berbeda. Contohnya, di satu kawasan industri ada perusahaan yang masuk pukul 07.00 WIB dan pulang pukul 16.00 WIB. Perusahaan lain menerapkan aturan jam masuk pukul 08.00 WIB dan pulang pukul 17.00. Dengan kebijakan ini, jam puncak terbagi merata dalam beberapa waktu.

B, meningkatkan okupansi kendaraan. Caranya adalah dengan penggunaan kendaraan bersama untuk masyarakat yang mempunyai tempat tinggal di suatu kawasan dan bekerja di beberapa tempat yang berdekatan, memberikan jalur dan prioritas khusus pada kendaraan dengan kapasitas penumpang yang lebih banyak, memberikan prioritas parkir terutama untuk jenis parkir park and ride.

C, melakukan pembatasan parkir untuk kendaraan pribadi.
Caranya misalnya dengan membatasi ketersediaan ruang parkir, bisa juga dengan memberlakukan tarif parkir yang tinggi. Masyarakat yang mempunyai kendaraan, akan berpikir dua kali untuk membawa kendaraan, jika tarif parkir yang diterapkan cukup tinggi. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan angkutan umum. Begitu juga dengan pelarangan parkir di badan jalan, terutama di ruas jalan dengan volume lalulintas yang cukup tinggi.

D, menerapkan biaya atas jalan (road pricing) Untuk ruas-ruas jalan tertentu. Di Batam, mungkin belum bisa diterapkan, karena tidak banyak jalan alternatif yang tersedia dari dan menuju suatu kawasan.

Keempat, konversi angkot menjadi angkutan bus sedang dan bus besar. Secara berangsur-angsur, dilakukan koversi angkutan umum dengan kapasitas kecil ke angkutan umum dengan kapasitas yang lebih besar. Butuh usaha yang keras, koordinasi dengan semua pihak dan waktu yang tidak sebentar. Tapi hal ini bisa menjadi salah satu alternatif.  Kelima,  perbaikan sistem lampu lalulintas. Pemasangan lampu lalu lintas terkoordinasi, Area Traffic Control System (ATCS), dapat mengurangi kemacetan dan tundaan. Beberapa lokasi di Batam, sudah menerapkan sistem ini. Keenam,  pembatasan jumlah kendaraan di Batam

Kepemilikan terhadap kendaraan memang tidak bisa dibatasi, karena itu merupakan hak setiap orang. Tapi mungkin bisa dikendalikan dengan menerapkan pajak progresif terhadap orang yang ingin memiliki kendaraan lebih dari satu. Padang, sudah menerapkan Perda tentang hal ini. Jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalan raya, juga bisa dikendalikan dengan menerapkan aturan pembatasan umur kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di jalan raya, seperti yang sudah diterapkan di Singapura.

Ketujuh, mengubah perilaku kelembagaan. Karena macet itu sepertiga persen disebabkan oleh perilaku manusia, maka perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan pada masyarakat untuk lebih sadar dan disiplin dalam berkendara. Delapan, pekerjaan fisik lalan merupakan alternatif terakhir karena usaha ini membutuhkan biaya cukup besar. Bisa dilakukan dengan meningkatan kapasitas prasarana yang ada dan bisa dilakukan dengan pembangunan prasarana baru. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain: melalui pelebaran dan perbaikan geometrik persimpangan, pembuatan simpang tak sebidang untuk mengurangi konflik pengguna jalan, serta pembuatan JPO. Pelebaran jalan dan perbaikan persimpangan biasanya akan bermasalah pada prasarana jaringan utilitas. Sehingga dibutuhkan koordinasi yang baik antara instansi yang terkait dalam hal penentuan letak dan lokasi jaringan utilitas.

Rencana pembangunan monorail satu jalur dari Tanjunguncang-Batam Centre sepanjang 17,7 kilometer dan Bandara Hang Nadim-Batuampar sepanjang 19,6 kilometer, menjadi salah satu alternatif memindahkan masyarakat pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum. Belum lagi rencana pembangunan jalan tol untuk mengantisipasi kepadatan lalulintas di Batam, dari Batuampar-Mukakuning-Bandara Hang Nadim sepanjang 24 kilometer. Batam juga digagas memiliki fly over di simpang Jam dan Simpang Kabil dalam dua hingga 3 tahun ke depan, serta lajur khusus untuk kendaraan berat yang menghubungkan kawasan Batu Ampar hingga Pelabuhan Punggur.

Semoga Batam, bisa lebih cepat mengantisipasi masalah kemacetan lalulintasnya***

Related Post